Menyusui bayi bukan sekadar menyodorkan payudara ke mulut si kecil. Proses ini melibatkan teknik, kesabaran, dan mental yang kuat. Itulah yang aku alami saat menyusui anakku, Gendis. Dalam 40 hari pertama, aku nyaris frustasi. Tapi tiap kali melihat Gendis tidur nyenyak setelah menyusu, hatiku kembali hangat. Berikut cerita pengalaman Ibu menyusui versiku
Artikel ini bukan untuk menyudutkan ibu yang memilih susu formula. Setiap ibu punya cerita dan pilihannya masing-masing.
Tergoda Susu Formula di Awal Kehamilan
Saat awal hamil, aku sempat tergoda iklan susu formula bayi. Terlalu banyak eksposur di media sosial dan televisi. Bahkan beberapa teman dekat menjadi brand ambassador susu formula. Tidak heran jika aku sempat mempertimbangkan memilih susu formula.
Namun, ucapan seorang teman menyadarkanku:
“Mau jadi ambassador susu formula? Tunggu aja sampai anak lulus ASI, baru boleh.”
Kalimat itu menamparku. Kok bisa aku lupa tentang pentingnya ASI eksklusif 6 bulan?
Keputusan Memilih ASI dan Manfaatnya untuk Bayi
“Dan para ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka dua tahun penuh…” – QS. Al-Baqarah: 233
Setelah itu aku mulai mencari informasi soal keunggulan ASI, cara menyusui bayi baru lahir, serta tips sukses menyusui hingga 2 tahun. Tanpa sadar, aku sudah termakan marketing susu formula, padahal ASI itu luar biasa!
Beberapa manfaat ASI dibanding susu formula yang aku rasakan:
- Nutrisi disesuaikan dengan kebutuhan bayi
- Mengurangi risiko diare dan alergi
- Lebih praktis dan hemat
- Membangun ikatan emosional antara ibu dan anak
Saat usia kehamilan masuk 7 bulan, ASI-ku mulai rembes. Ini membuatku makin yakin untuk menyusui langsung (direct breastfeeding).
Menolak Susu Formula dengan Tegas tapi Bijak
Pernah suatu pagi, ibu mertua datang dan bilang:
“Kasih susu formula kecil aja, biar kamu bisa tinggal.”
Aku terdiam. Tapi kemudian berdiskusi dengan suami. Aku tegaskan:
“Biarkan aku berusaha dulu. Kalau harus pakai susu formula, tolong mama yang beli susu, botol, dan sterilizernya setiap bulan.”
Dukungan pasangan sangat penting. Aku juga konsultasi dengan AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) Banjarmasin, dan ternyata Gendis mengalami growth spurt—fase bayi lebih sering lapar dan rewel, yang normal terjadi dalam 7–40 hari pertama.
Cerita Pengalaman Ibu Menyusui: Puting Lecet Itu Nyata
Sebelum melahirkan, aku sempat bertanya:
“Apa benar menyusui bikin puting lecet?”
Jawabannya: tergantung. Walau aku sudah rajin bersihkan puting dan ASI sudah rembes sebelum lahiran, tetap saja aku mengalami puting lecet. Rasanya perih luar biasa.
Hari ketiga di rumah sakit, payudara bengkak seperti batu. Gendis menolak menyusu. Aku panik dan akhirnya beli pompa ASI.
Pompa ASI dan Masalah Mastitis
Ternyata pompa ASI bukan solusi cepat untuk mengatasi payudara bengkak atau mastitis. ASI yang keluar hanya sedikit, jauh dari ekspektasiku yang melihat video viral “ASI berlimpah”.
Dokter menyampaikan, wajar kalau ASI masih sedikit di awal. Tapi karena stres, tubuhku malah terserang mastitis—radang payudara akibat saluran susu tersumbat.
Setelah istirahat dan pulang ke rumah, rasa sakit perlahan hilang. Ternyata stres dan kelelahan sangat memengaruhi produksi ASI.
Tips Menambah Produksi ASI: Booster Terbaik Versi Ibu ASI
Aku pernah mencoba 3 merek ASI booster, tapi berikut ini versi terbaik ala aku sendiri:
- Bahagia dan bebas stres – Ketika hati senang, ASI lancar. Stres bikin produksi drop dan memicu mastitis.
- Pola makan sehat dan bergizi – Konsumsi sayur seperti bayam, wortel, toge, dan protein dari telur & ayam.
- Minum air putih minimal 3 liter/hari – Wajib! Pernah karena telat beli galon, urin Gendis jadi kuning.
- Suplementasi booster jika perlu – Aku pernah coba Mama Bear, Mom Uung, dan Momsy. Semua membantu.
Percaya Diri dan Yakin: Kunci Sukses Menyusui
Banyak ibu berbagi cerita padaku tentang:
- ASI tidak keluar pasca melahirkan
- ASI seret setelah haid pertama
- Bayi yang terus menangis seolah lapar
- Tekanan dari orang sekitar untuk beralih ke susu formula
Aku akhirnya sadar: kunci sukses menyusui adalah percaya diri dan yakin. Percaya bahwa:
- ASI kita cukup
- ASI akan bertambah seiring kebutuhan bayi
- Kita bisa menyusui hingga 2 tahun
Komitmen Bahagia untuk Ibu Menyusui
Kini Gendis berusia 15 bulan. Alhamdulillah, ASI masih mencukupi, dan MPASI juga berjalan baik. Aku belajar bahwa untuk menjadi ibu menyusui yang sukses, aku harus selalu bahagia, agar Gendis pun merasa nyaman dalam pelukanku.
Cerita detail tentang mastitis dan merawat puting lecet akan aku bahas di artikel terpisah.
Semoga pengalamanku bisa menginspirasi dan menguatkan para ibu lainnya. Menyusui itu memang perjuangan, tapi juga bisa menjadi momen paling romantis dalam perjalanan menjadi seorang ibu.
🔎 FAQ – Pertanyaan yang Sering Diajukan Ibu Menyusui
1. Apa yang harus dilakukan jika ASI tidak keluar di hari pertama?
Tetap tenang dan terus berikan stimulasi. Kontak kulit dan hisapan bayi akan merangsang hormon oksitosin.
2. Kapan sebaiknya menggunakan ASI booster?
Gunakan jika perlu, terutama saat merasa produksi menurun. Namun, booster terbaik tetap dari kebahagiaan dan nutrisi.
3. Apa ciri-ciri mastitis?
Payudara terasa keras, merah, dan nyeri. Kadang disertai demam dan lemas.